Dikotomi Sains dan Agama; Meruntuhkan Peradaban Secara Perlahan

 


Dikotomi Sains dan Agama; Meruntuhkan Peradaban Secara Perlahan

Sesi IV

Pertemuan VIII

Oleh: Alfidhiya Zitazkiya Fika

 

Hilangnya barat akan warisan terenting bagiperadaban mereka, yakni Islam, menyebabkan peradaban barat menjadi satu peradaban yang tidak utuh adanya. Atau dengan kata lain, terputus nya konsep manusia dari pandangan mereka. Hal ini terjadi dkarenakan tidak maunya mereka mengaku bahwa Islam adalah warisan peradaban yang juga berpengaruh besar, bahkan sangat besar karena islam lah yang mewariskan banyak dari ilmu pengetahuan atau sains. Unsur dari sebuah peradaban, adalah ilmu. Dan ilmu tidak akan berkembang menjadi sebuah peradaban kecuali jika kualitas masyarakat nya baik. Sedangkan kualitas Manusia dari setiap  peradaban itu berbeda, ditentukannya oleh agama yang telah ia yakini dan ikuti.

Barat, meyakini berdirinya mereka terdiri dari beberapa unsur dari beberapa peradaban. Yakni dari peradaban Yunani, mereka mengambil Mitedologi dan Filsafatnya. dari peradaban Romawi, mereka mengambil Politik dan Imperialismenya. Sedang dari agama, mereka mengambil Yahudi dan juga Kristen. Dari keempat unsur ini, mereka membentuk kualitas manusia mereka. Apa yang mereka bangun, itu dibentuk dengan cara dikotomi atau pemisahan antara dua aspek, yakni Ruh dan Jasad, sains dan agama, juga tuhan dan alam. Barat tidak pernah mengaitkan satu hal dengan hal yang lain. Maka karena inilah, yang menyebabkan peradaban barat menjadi tidak utuh. Karena mereka memisahkan keutuhan tersebut.

Konsep yang mereka terapkan adalah, tidak bolehnya agama bicara tentang urusan dunia seperti ekonomi, polotik, dll. Agama dianggap oleh mereka, sebagai dogma, yakni sesuatu yang dipercayai namun tidak memiliki alasan yang kuat mengenai hal tersebut. Manusia adalah makhlu alam, jika orang mau berbbicara tentang tuhan, maka jangan bawa bawa alam ini. Karena tuhan adalah dalam aspek ruh, sedang manusia ada pada aspek jasad, begitu menuurt mereka. Alam, adalah sesuatu yang memungkinkan untuk bisa melakukan segala sesuatu, atau biasa disebut dengan partical. Seperti misalnya, pendapat bahwa Wanita dan laki-laki adalah pasangan yang mutlak, dianggap oleh mereka sebagai konsepsi semata. Sehingga, mereka bisa mengubah atau bahkan menambahkan konsepsi yang lain, seperti sesame jenis dan sebagainya.

Lagi pula, jika dipikirkan dengan akal sehat, apa yang mereka ciptakan dari pada konsepsi konsepsi baru, itu tidaklah menciptakan apa apa. Missal, hubungan sesame jenis yang mereka Yakini boleh adanya, apakah akan ada suatu antologi yang berasal dari sana? Tentu tidak. Contoh lain, mereka menguras habis kekayaan alam dan menghasilkan banyak uang. Setelahnya, mereka menggunakan uang itu untuk meneliti dan terus meneliti, apakah ada planet selain bumi yang bisa dibuat didalmnya suatu kehidupan. Pertanyaannya, apakah setelah mereka merusak alam dan meneliti, kemudian tidak menemukan apapun, maka buat apa mereka merusak bumi? Untuk apa?

Ketika mereka menganggap bahwa semua ilmu perlu dikaji, maka untuk apa semua ilmu tersebut ketika sudah dikuasainya? Akan menjadi lelah yang tak berkesudahan, dikarenakan manusia memiliki batas untuk menerima ilmu yang tidak ada batasnya tersebut. Setiap dari pada apa yang bisa dijadikan makna bagi manusia, maka itu adalah ilmu. Sedangkan informasi yang bisa diolah menjadi makna tidaklah terhitung jumahnya. Hal hal seperti ini, adalah salah satu kelemahan barat yang biasa disebut dengan dwi kutub, atau percabanga alam pikiran manusia. Maka dari itu, sains yang barat kembangkan sekarang adalah, fennomena dikotomi yang mensekulerkan satu sama lain.

Memang, jika dilihat dari aspek jasad, maka manusia bisa melakukan apapun sesuka mereka. Entah apa yang akan terjadi dengan jasad mereka. Seperti hal nya mabuk dan seks bebas yang bisa merusak jasad. Namun, mereka lupa, mereka insaf, bahwa dalam diri manusia, itu ada dua aspek penting. Yaitu ruh dan juga jasad. Maka ketika hanya jasad saja yang dipenuhi kebutuhannya, ruh lah yang akan haus dan kering akan makanan dan kebutuhan pokoknya. Ketika aspek jasad terlalu dipenuhi, dan ruh justru sama sekali tidak di beri makan, maka yang terjadi adalah ketidakseimbangan yang menyebabkan seseorang itu haus bahkan dehidrasi akan kebutuhan ruh. Hal ini juga akan mempengaruhi jasad nya, karena ruh dan jasad terkait satu sama lain.

Ilmu, terbangun dari peradaban satu kepada peradaban lainnya. Maka jika seseorang ingin mempelajari sains, dia harus pula mempelajari sejarah dari sains yang ingin ia pelajari tersebut. Jika tidak, makai a akan keliru dalam menilai dari mana ilmu sains tersebut berasal, seperti  hal barat yang salah mengira bahwa ilmu yang mereka dapatkan dari Yunani, yang sebenarnya dari islam. Dalam mempelajari sains, barat dan islam sangatlah bertentagan dalam aspek tujuannya. Jika barat, mereka mempelajar sains untuk sains tersebut, dan mempelajari serta mengaplikasikannya yaitu dengan kekerasan yang sangat merusak dan mematikan. Sedangkan islam, menggunakan sains untuk agama. Yakni untuk menciptakan teknlogi yang bisa memberi manfaat pada umat, bukan yang untuk merusak umat serta alam. Maka dari itu, syarat dari didapatkannya ilmu adalah, membuat manusia nya untuk bisa menggunakannya dengan baik.

Al-Attas berkata dalam slah satu bukunya yang pada intinya adalah, suatu universitas ataupun pendidikan secara umum  itu ada bukan untuk semua orang. Namun yang berhak mendapatkan pendidikan hanyalah orang orang yang baik, dan yang berpotensi untuk bisa menjadi orang yang baik. Maka dari itu, pendidikan bukan hanya dengan modal pintar, namun juga benar. Bukan hanya pandai, namun juga baik. Bukan hanya berilmu, namun juga beradab. Jika tidak, maka akan banyak sekali bahkan melimpah, yaitu orang orang yang pintar namun jahat. Ketika seseorang itu pintar dan baik, maka ia akan melahirkan generasi yang baik dan juga pintar.

Islam, dalam memandang barat saat ini, bukanlah lagi soal bagaimana menghancurkannya. Melainkan bagaimana merubah keilmuan yang sudah rancu, menjadi islam kembali. Maka dari itu, seperti yang dikatakan Prof al-Attas, bahwa tantangan terbesar umat islam saat ini adalah ilmu. Karena jika ilmu sudah rancu, sudah sekuler, maka akan menghasilkan pemimpin yang dzhalim. Dan pemimpin yang dzalim, akan melahirkan ketidakadilah bagi negara. Sedang ketidakadilan tersebut termasuk daripada loss off adab yang menjadi salah satu tantangan besar juga bagi agama islam. Ketika seseorang sudah loss off adab, maka manusia akan menciptakan ilmu ilmy yang rancu dan keliru serta keluar dari jalan kebenaran.

Maka dari itu, agar tidak terjebak, kita harus mempelajari adab, yang juga bagian dari lmu, agar tidak terjebak dalam tantangan tersebut. Agar manusia bisa memperbarui ilmu, menjadi ilmu yang sesuai dengan kebenaran dan syariat islam. Jikalau hanya ilmu saja yang diislamkan, maka ilmu tersebut bisa menjadi racu kembali sebab manusianya tidak diislamkan. Maka, yang pertama kali harus diislamkan adalah, manusia nya terlebih dahulu. Agar mereka tidak bisa lagi merusak atau merancu pada ilmu ilmu yang sudah ada.  Hal ini seperti hal nya orang jahat yang mempelajari agama islam hanya unntuk menghancurkannya. Oleh itu, penjahat tersebutlah yang harus dibuat baik tersebih dahulu. Dalam islam, agama yang ada untuk tujuan akhirat. Jikalau agama untuk dunia semata, maka sama saja kita telah memperalat dan merusak agama. Sedangkan agama adalah satu ahal yang sangat penting dalam kehidupan, dan tidak bisa kita hidup tanpanya.

Dalam salah satu bab di buku “Janji Janji Islam”, Roger menyatakan bahwa sekarang bukan lagi sejarahwan yang seharusnya sadar betapa besar hutang mereka pada islam yang sudah memberikan sumbangan paling besar dalam pembangunan peradabannya. Melainkan rakyatnya juga harus mengetahui betapa mereka menginsafi utang mereka pada islam, atau bahkan menafikannya. Barat terlalu sibuk mengurusi rasa takut akan kematiannya, yang hal itu menyebabkan menjadikan mereka membuat berbagai teori untuk menjadi hidup abadi, dll dengan cara merusak alam dan lainnya.

Barat memandang bahwa islam dalah agama yang kafir pada masa perang salib, teroris dalam perang kemerdekaan Aljazair, dan juga bukan barang yang bisa diteliti oleh berbagai orang semata. Pandangan barat mengenai islam diatas, itu merupakan hasil dari pandangan orientalisme. Yang menyebabkan selama ini barat tidak bisa mengakui hutangnya pada islam, bukanlah karena mereka tidak bisa. Namun dikarenakna mereka takut akan runtuhnya segala sesuatu yang sudah mereka bangun untuk diyakini. Barat membuat agar timur atay islam, itu terlihat sesuai dengan apa yang sudah digambarkan mereka dalam imajinasinya. Missal, Samuel, ia dijadikan kacamata atau mata barat untuk menentukan bagaimana suatu negara itu dipandang, kemudian bagaimana barat harus memperlakukan daerah tersebut.

Hal ini tentu saja sudah tidak bisa kita maklumi. Karena mereka sudah benar benar manjelma menjadi penjahat paling besar dan paling jahat sepanjang masa, diseluruh dunia. Dengan demikian, kesimpulan dari apa yang sudah mereka lakukan adalah, mereka adalah orang yang tidak berpendidikan. Karena mereka hanyalah lihat aspek dunia semata, tana melihat aspek lainnya.

Berbeda dengan islam, islam memiliki apa apa yang tidak dimiliki peradaban manapun. Ma itu barat, Yunani, atau peradaban yang lainnya. Mungkin, peradaban lain memiliki politik, teknlogi, militer, dll yang maju namun mereka tidak memiliki satu hal yang hanya islam lah satub satu nya yang memilikinya. Yakni teladab disepanjang masa. Yakni Nabi Muhammad SAW.

Maka dari itu, islam tidak perlu khawatr akan ketinggalan pengetahuan ilmu sains. Dikarenakan, sejak dahulu, teladan kita yakni Nabi Muhammad, sudah mengajarkan bdayanya, yakni budaya ilmu. Sedangkan peradaban yang lain, hanyalah hasil eksperimen dan mengikuti peradaban lainnya semata. Tidak memiliki teladan yang menjadi contoh dalam pembangunan peradabannya. Oleh itu, islam tidak boleh minder dikarenakan pernyataan barat yang mengatakan bahwa islam adalah agama yang kuno. Buktinya, apa yang sekarag barat miliki sumbernya adalah dari islam.

 

 

 

Komentar