Ketika “Monyet” Meresahkan: Menjawab Teori Darwin Mengenai Asal Mula Manusia

 



Ketika “Monyet” Meresahkan: Menjawab Teori Darwin Mengenai Asal Mula Manusia

(Rangkuman Pelajaran Islamic Worldview dalam Bab Asal Usul Manusia)

Oleh: Alfidhiya Zitazkiya Fika

 

Pendahuluan

Pada pertemuan selanjutnya, guru mata pelajaran Islamic Worldview saya, yakni kak Fatih Madini, mengajarkan tentang teori Darwin yang beranggapan bahwa asla usul manusia bukanlah berasal dari nabi Adam, melainkan revolusi dari kera. Dalam pembahasan tersebut, dibahas setidaknya empat yakni teori Darwin tersebut, kemudian Problem yang didasari dengan teri Darwin tersebut. Selanjutnya, membahas tentang konflik yang terjadi setelah Darwin mencetuskan teorinya tersebut. Kemudian dibahas pula dampak dampak yang terjadi, serta yang terakhir adalah penutup yang berisi mengenai peringatan atau ajakan untuk kembali memikirkan kembali teori tersebut, apakah benar adanya?

Teori Darwin: Asal Usul Manuisa

Dalam bukunya yang berjudul The Origin Species, Darwin menyimpulkan satu hal mengenai asal usul manusia setelah sekian lama ia menggunakan biaya dan aktu serta tenaga yang tidak sedikit jumlahnya untuk meneliti dan memperkuat argumennya mengenai teori nya yang meyakini bahwa asal usul manusia adalah revolusi dari pada bangsa kera. Darwin mengatakan,

“Demikianlah, objek paling luhur yang mampu kita pahami, yaitu produksi hwan hewan yang tingkatnya lebih tinggi, yang berasal dari pertarungan alam, dari kelaparan hingga kematian. Ada satu keagungan dalam pandangan hidup ini, dengan berbagai kekuatannya, yang pada awalnya dihembuskan pada satu (atau beberapa bentuk). Dan bahwa, sementara planet ini terus berputar sesuai dengan hukum pasti daya gravitasi dari suatu awal yang sederhana. Bentuk bentuk tak berbilang jumlahnya, yang paling indah dan meninggalkan dgn telah atau akan terus berevolusi.

Kemudian Darwin melanjutkan,

“Tuhan tidak berperan dalam penciptaan manusia. Asal mula spesies bukan berasal dari tuhan, melainkan dari adaptasi kepada lingkungan. Semua jenis yang berbeda itu berasal dari nenek moyang yang sama. Yang menyebabkan berbeda jenis dan bentuk adalah karena kondisi kondisi alam.”

Dalam teori yang Darwin simpulkan dari berbagai penelitiannya, bisa kita temukan di dalamnya yakni, Darwin menganggap bahwasannnya asal usul manusia adalah hasil revolusi dari bangsa kera yang sampai dengan berjuta juta tahun mengalami perubahan secara perlahan lahan, dan membentuk fosil manusia yang dianggap oleh darwin, sebagai bentuk paling sempurna setelah kera mengalami revolusi yang sangat lama. Pendapat Darwin mengenai asal usul manusia, adalah sesuatu yang dalam islam sangat lah bertentagan. Hal ini disebabkan, Allah sudah mengatakan dalam kitabnya yang suci, yakni Al-Qur’an Al-Karim, yakni asal usul dari pada manusia adalah keturunan dari manusia sekaligus Nabi pertama, yakni Adam AS. jika pendapat darwin mengenai asal usul manusia ini dibiarkan, maka alam pikiran manusai generasi masa kini akan hancur, bahkan menjadi hina dikarenakan derajat manusia disamakan dengan kera yang sudah jelas sangat berbeda dan bertolak belakang dengan manusia.

Namun dikarenakan mereka yang mempercayai teori darwin tersebut sudah sekular sejak awal, maka yag terjadi adalah tidak percayanya mereka terhadap apa yang sudah Allah firmankan dalam al-Qur’an. Mereka menganggap, bahwa Agama adalah berada dalam aspek eksistensial dan transendental sahaja. Sedangkang sains berada dalam aspek faktual atau pembuktian empiris. Jadi dari kedua nya itu memiliki otonomi masing masing. Oekh itu, mereka menyimpulkan bahwa satu sama lainnya tidak boleh saling berhubungan, atau sains dan Agama tidaklah boleh dicampur adukkan. Agama ya agama, sains ya sains.

Dengan begitu, mereka yang sekuler dan mempercayai teori darwin, bergerak dengan cepat bahkan sangat cepat. Mereka menyebarkan teori darwn tersebut kedalam alam pikiran generasi yang masih dalam pendidikan menengah, bahkan yang masih sederajat melalui buku buku pelajaran sekolah yang disajikan didalamnya mengenai asal usul manusia yang berasal dari bangsa kera yang telah berevolusi sekian lamanya. Oleh karena itu, lahirlah banyak dari pada murid murid yang sekuler pula dan mempercayai teori darwin tersebut. Dikatakan didalam salah satu buku yang disekularkan tersebut isinya yaitu; “Manusia adalah bentuk paling sempurna dari sisa sisa kehidupan purba kala yang berembang dari jenis hominid atau kera yang terbentuk dari proses yang panjang, jutaan tahun, melalui sistem seleksi alam.”

Kritik Adian Husaini

Menganai teori Darwin tentang asal usul manusia ini, Ustadz Adian mengkritik telah mengkritiknya dibeberapa tulisannya. Menurut beliau, setidaknya ada tiga hal yang sangat penting untuk umat islam mengetahuinya agar tidak terjebak dalam kesesatan yang merugikan. Pertama, yaitu Epistemologi. Dalam Epistemologi, pembahasannya yaitu berkaitan dengan kaidah kaidah Nasafiyah yang dijelaskan didalamnya mengenai sumber ilmu menurut islam. Pertama, panca indra manusia. Rasa dalam lidah, bau dalam hidung, suara dalam telinga, tekstur dalam kulit, dan warna dalam mata adalah termasuk salah satu epistemologi yang diajarkan dalam islam, dan manusia pada umumnya bisa menggunakan panca indra yang lima ini untuk mengetahui adanya kebenaran.

Kedua, akal yang waras (sehat). Seperti angka 10 lebih besar daripada angka 3, sesuatu yang bertolak belakang atau kontrsdiktif tidak bisa terjadi bersamaan dalam satu waktu, adanya tuhan sang pencipta alam semesta, anak kandung tidak lebih tua daripada ibunya, dan sebagainya yang merupakan hukum akal yang sudah tetap dan tidak bisa balikkan atau diubah. Ketiga, ialah khabar shadiq atau kabar yang benar. Seperti kalam Allah yang ada dalam al-Qur’an dan hadits, itu adalah kabar yang benar yang disampaikannya oleh banyaknya orang atau seseorang yang sangat dipercaya kata-katanya dan tidak mungkin baginya berdusta.

Namun begitu, orang yang liberal tidak menganggap bahwa khabar shiddiq adalah bagian dari sumber ilmu. Khususnya sang pencetus teori ini, yakni Darwin. Mereka yang sekular sejatinya bukannya tidak percaya, namun mereka mempercayai suatu kabar dari seseorang yang derajatnya lebih rendah. Yakni, mereka mempercayai kabar dari orang orang mengenai mereka adalah anak kandung dari ibu mereka. Padahal, orang yang mereka percayai adalah hanya orang biasa yang tidak memiliki sesuatu yang spesial. Sedangkan Nabi, seorang manusia paling mulia yang memiliki derajat paling tinggi disisi Allah, tidak ia percayai ketika risalah nya sampai padanya. Menurut mereka, sumber ilmu yang mereka percayai adalah sumber ilmu. Sedangkan sesuatu yang ilmiah adalah segala sesuatu yang bisa dibuktikan secara empiris, bisa dibuktikan dengan panca indra. Dengan sains.

Oleh itu, ketika mereka menemukan adanya fosil bangsa kera yang kata mereka, fosil tersebut mirip dengan fosil manusai saat ini, mereka menyimpulkan bahwa dari bangsa kerala manusia berasal. Mereka beranggapan demikian, dikarenakan penemuan mereka dari fosil fosil kera membuat mereka berfikir bahwasannya mereka sudah mendapatkan ilmu, yaitu dengan membuktikannya secara empiris. Namun pada hakikanya, dikarenakan akal manusia itu terbatas adanya, maka tidaklah bisa mereka menyimpulkan sesuatu hanya dengan indra mereka. Namun dibutuhkan khabar shadiq yang bisa membantu mereka untuk mencapa kebenaran. Dengan begitu, teori darwin mengenai manusia yang berasal dari kera, adalah sesuatu yang hanya mencapai taraf dzhan atau dugaan semata.

Oleh itu, Ustadz Adian menyimpulkan, “Kalau manusia hanya mengandalkan akalnya dan indra nya saja untuk membuktikan kebenaran, maka derajat atau taraf paling tinggi yang mereka akan capai adalah kebenaran yang hanya mencapai dugaan semata. Sebaliknya, jika orang mempercayai khabar shiddiq, mempercayai al-Qur’an, maka kebenarannya sudah pasti benar. Sudah mutlak dan tidak ada dugaan semata di dalamnya.”

Kedua, yakni mengenai Ontologi atau yang disebut dengan ke-berada-an manusia. Ketika darwin mengungkapkan teorinya mengenai asal usul manusia yang berdasarkan kaum homonid, maka disanalah kesalahan tersebsar nya. Yakni, darwin lupa bahkan tidak mengetahui, bahwa manusia bukan hanya memiliki aspek jasad dan tulang semata seperti hal nya kera. Namun manusia juga memiliki aspek ruh yang mana monyet tidak memilikinya.  Lagipula, kalau memang manusia itu dari hewan, maka apakah fungsi dari akal manusia yang tidak dimiliki oleh hewan? Masa iya hewan yang tadinya tidak memiliki akal tau tau menjadi memiliki akal? Revolusi, adalah menjadikan sesuatu yang sudah ada menjadi lebih baik, modern, keren, ataupun segalanya. Sedangkan apa yang dikatakan darwin adalah sebaliknya. Bukannya revolusi, melainkan mengada adakan teori baru yang bertolak belakang dengan revolusi. Oleh itu, bisa kita simpulkan bahwa apa yang darwin kemukakan bukanlah mengenai sejarah manusia, melainkan sejarah tulang manusia yang mana kebenarannya juga masih dalam tahap sangkaan semata dzhan.

Mengenai hal ini, Ust. Adian Husaini mengatakan pendapatnya,

“Teori darwin ini hanya perkiraan dari pada penyusunan tulang-tulang makhluk purba yang berada di masa lalu, yang kemudian difantasikan ke dalam wujud manusia purba/gua (cave man) yang telanjang. Yang mana, hidupnya di dunia hanya untuk makan dan tidur semata.”

Juga, bisa kita bantah perkataan teori darwin ini dengan menanyakan tiga hal. Pertama, apakah ada bukti yang bisa membuktikan bahwa kera bisa berubah menjadi manusia? Kedua, kawinnya Profesor dengan kera, pakah bisa memproduksi manusia yang berakal? Ketiga¸kalau memang manusia berasal dari kera, maka mengapa kera yang ada di zaman sekarang tidak berubah menjadi manusia? Tiga pertanyaan tersebut, hanyaah seidkit dari sebagian pernyataan yang logis untuk menjawab pernyataan darwin. Hal ini dikarenakan apa yang menjadi landasan teori darwin hanyalah sampai pada tingkat dugaan dan tidak ada bukti empiris yang membuktikan bahwa manusia berasal dari kera.

Kemudian, Ust Adian melanjutkan lagi, “Semua teori itu hanya lah dugaan. Walaupun ada juga ilmuan yang merujuk pada persamaan struktur gen manusia dan simpanse yang mencapai 99%. Jika memang hal demikian benar adanya, tetapi masih ada 1% yang bisa merusak semuanya. Monyet tetaplah monyet, bukan manusia.”

Kemudian, kritik Ust Adian Husaini mengenai teori darwin ini adalah mengenai aksiologinya. Yakni, apa sih yang bisa dihasilkan dari teori yang darwin ciptakan tersebut? Dalam hal ini, Ust Adian mengatakan, “Secara Aksiologi, teori yang meyakini manusia dari kera ini tidak membawa manfaatbaru bagi manusia. Hasil akhirnya hanyalah dugaan, bahwa nenek moyangnya manusia itu berasal dari monyet. Kalau kesimpulan nya hanyalah itu, maka untuk apa uang banyak hanya demi satu kesimpulan yang tidak memberikan manfaat baru bagi manusia.”

Dampak dari teori Darwin

Dampak dari teori darwin ini adalah Survive atau bertahan hidup. Dengan meyakini teori ini, manusia akan menjadikan tujuan hidupnya hanya untuk makan. Bukan makan untuk hidup. Otaknya sudah diisi oleh satu konsep yang berisi penuh dengan pandangan bahwa setiap sesuatu haruslah dilihat dari aspek materinya saja. Dengan begitu, mereka melupakan bahwa tidak mengetahui atas tugas utama hidupnya didunia. Yakni, tugasnya adalah sebagia khalifah di bumi yang menyampaikan kebaikan, melanjutkan Nabi Adam AS. juga mewarisi perjuangan Nabi untuk menegakkan kalimat tauhid (QS. 16:36), dan perjuangan adam dan hawa dalam melawan iblis. Tidak ada dalam mereka konsep ibadah ketika hidup seperti yang sudah Allah firmankan dalam surah ke 51:56. Serta, mereka melupakan peran sebagia pewaris Nabi.

Ketika manusia sudah melupakan empat hal ini, maka konsep hidupnya akan berubah menjadi “hidup untuk materi.” Zaman sekarang, apa yang diajarkan kepada anak anak sekolahan mengenai kebutuhan pokok manusia adalah tiga hal yakni sandang, pangan dan papan. Padahal, ketiga hal ini adalah apa yang menajdi kebutuhan pokok monyet yang hanya memenuhi kebutuhan jasad. Monyet tidaklah butuh pada dzikir karena tidak memiliki ruh yang juga perlu diberi asupan, juga tidak memiliki akal yang hanya Allah berikan pada manusia.

Penutup: Teori ini Perlu dipertimbangkan kembali

Pencarian manusia mengenai asal-usulnya haruslah merujuk pada kabar dari sang penciptanya, yakni Allah. Penolakan wahyu dari sang sumber ilmu telah menyebabkan manusia erpaling dari sejarahnya sendiri. Kebutuhan primer manusia yang terpenting adalah ibadah, bukan makan dan minum semata. Yakni untuk “Liya’budun” bukan “Liya’ Kulun” (51:56). Itulah, maka manusia diciptakan bukan hidup hanya untuk makan dan minum. Karena “untuk makan” itu tujuan hidupnya monyet. Disaat puasa, manusia rela meninggalkan kegiatan makan demi menjalankan ibadah. Hal itu dikarenakan ibadah adalah tujuan utama diciptakannya manusia di dunia untuk hidup.

Seorang ibu rela menyambung nyawa demi anaknya. Seorang mujahid ikhlas mengorbankan jiwa demi cita-cita yang mulia. Islam tidak manafikan atau membuang aspek jasad yang membutuhkan asupan, namun aspek ruh yang wajib diberi asupan, yakni ibadah lebih tinggi dan harus kita utamakan daripada aspek ruh, makan dan minum. Manusia diciptakan untuk menjadi khalifah dan menegakkan tauhid. Jika seorang manusia sudah memahami itu, maka ia akan bisa menempatkan posisi yang selayaknya dari pada ibadah dan makan. Yaitu ibadah adalah diatas makan dan minum derajatnya. Manusia sejak pertama kali diciptakan sampai dengan hari kiamat, akan tetap menghadapi musuh abadi, yakni iblis yang berasal dari jenis setan ataupun manusia. Sejarah itu tercipta, karena ada hal yang bisa diambil di dalamnya.

Oleh itu, kita wajib untuk mempelajari sejarah. Sedangkan suatu sejarah yang tidak ada hikmah atau ibrohnya, maka bukanlah sejarah namanya. Sejarah ada bukan hanya untuk sejarah itu sendiri, melainkan untuk membuat pelajaran yang baru bagi manusia, yakni hikmah. Sedangkan, teori darwin tidak memiliki hikmah bahkan manfaat sekalipun. Kalau sejarah nabi, adalah banyak hikmah dan manfaat yang bisa kita ambil di dalamnya, dan bisa kita amalkan di kehidupkan kita agar menjadi lebih baik. Jadi kesimpulannya adalah, bukan nya “History for the sae history” namun untuk “History for the sake of ibadah.”***

 

 

 

 

Komentar